DIABETES MELITUS DI USIA REPRODUKSI, MUNGKINKAH UNTUK MERENCANAKAN KEHAMILAN?

Diabetes Mellitus merupakan kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja insulin atau keduanya. Menurut WHO, Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin. Diabetes mellitus yang menyerang dari masa prakonsepsi merupakan salah satu teratogen yang berpotensi menyebabkan kecacatan pada janin di periode organogenesis. Hal ini yang kemudian menjadi dasar perlunya pengelolaan kadar gula darah pada perempuan dengan diabetes mellitus.

Manajemen perencanaan kehamilan pada perempuan dengan diabetes mellitus meliputi:

  1. Pengelolaan kadar gula dalam darah

Mengelola kadar gula darah adalah kunci untuk menghindari komplikasi diabetes. Ketika perempuan denga diabetes mellitus berencana untuk hamil, manajemen gula darah menjadi hal yang lebih penting dari sebelumnya. Calon ibu direkomendasikan agar mencapai kadar A1C hemoglobin tertentu sebelum kehamilan. A1C adalah tes darah yang memberi dokter gambaran kadar gula darah selama dua hingga tiga bulan terakhir. The American Diabetes Association umumnya merekomendasikan A1C pra-kehamilan sebesar 6,5 persen. Otak bayi, sumsum tulang belakang, jantung dan organ-organ lain mulai terbentuk segera setelah pembuahan, bahkan sebelum calon ibu menyadari bahwa dirinya tengah hamil. Jika gula darah tidak terkontrol dengan baik selama hari-hari awal kehamilan maka risiko keguguran dan risiko cacat lahir pada bayi, terutama yang mempengaruhi otak, sumsum tulang belakang, dan jantung akan meningkat. ( Douek, Isy dan Chloe Broughton (2019).

  1. Konseling dari tenaga kesehatan

Konseling dari tenaga kesehatan merupakan salah satu penentu keberhasilan asuhan pada perempuan yang merencanakan kehamilan dengan diabetes mellitus. Adapun konseling yang diberikan meliputi konseling dampak diabetes mellitus pada kehamilan, pengelolaan diabetes mellitus dan motivasi untuk upaya pengelolaan kadar gula dalam darah. ( Wahabi, et al.2012)

  1. Pengelolaan obat-obatan

Obat-obatan yang berkaitan dengan diabetes mellitus adalah insulin. Pendampingan tenaga kesehatan sangat menentukan dalam hal penentuan dosis, waktu pemakaian dan control gula darah. (Passupathy, et al. 2012)

  1. Pola makan sehat

Pengaturan Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat,protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut Karbohidrat : 60-70% , Protein : 10-15% dan Lemak : 20-25% . Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki respons sel-sel β terhadap stimulus glukosa. Dalam salah satu penelitian dilaporkan bahwa penurunan 5% berat badan dapat mengurangi kadar HbA1c sebanyak 0,6% (HbA1c adalah salah satu parameter status DM), dan setiap kilogram penurunan berat badan dihubungkan dengan 3-4 bulan tambahan waktu harapan hidup.

Selain jumlah kalori, pilihan jenis bahan makanan juga sebaiknya diperhatikan. Masukan kolesterol tetap diperlukan, namun jangan melebihi 300 mg per hari. Sumber lemak diupayakan yang berasal dari bahan nabati, yang mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh dibandingkan asam lemak jenuh. Sebagai sumber protein sebaiknya diperoleh dari ikan, ayam (terutama daging dada), tahu dan tempe, karena tidak banyak mengandung lemak. Masukan serat sangat penting bagi penderita diabetes, diusahakan paling tidak 25 g per hari. Disamping akan menolong menghambat penyerapan lemak, makanan berserat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh juga dapat membantu mengatasi rasa lapar yang kerap dirasakan penderita DM tanpa risiko masukan kalori yang berlebih. Disamping itu makanan sumber serat seperti sayur dan buahbuahan segar umumnya kaya akan vitamin dan mineral.

  1. Aktivitas fisik

Latihan Jasmani Manfaat latihan jasmani bagi para penderita diabetes antara lain meningkatkan kebugaran tubuh, meningkatkan penurunan kadar glukosa darah, mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik, gangguan lemak darah, meningkatkan kadar kolesterol HDL, meningkatkan sensitivitas reseptor insulin, menormalkan tekanan darah, serta meningkatkan kemampuan kerja. perilaku pengendalian kadar gula darah yang baik, seperti terapi nutrisi medis, olahraga, maupun obat-obatan dapat mencegah atau menunda terjadinya komplikasi.

Pada saat seseorang melakukan latihan jasmani, pada tubuh akan terjadi peningkatan kebutuhan bahan bakar tubuh oleh otot yang aktif dan terjadi pula reaksi tubuh yang kompleks meliputi fungsi sirkulasi,metabolisme, dan susunan saraf otonom. Dimana glukosa yang disimpan dalam otot dan hati sebagai glikogen, glikogen cepat diakses untuk dipergunakan sebagai sumber energi pada latihan jasmani terutama pada beberapa atau permulaan latihan jasmani dimulai. Setelah melakukan latihan jasmani 10 menit, akan terjadi peningkatan glukosa 15 kali dari kebutuhan biasa, setelah 60 menit, akan meningkat sampai 35 kali (Suhartono, 2014). Dimana setelah beberapa menit berlangsung tubuh akan mengompensasi energi dari lemak. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani (Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe-2 di Indonesia, 2006) Jenis latihan jasmani yang dianjurkan untuk para penderita diabetes adalah jalan, jogging, berenang dan bersepeda. Tahapan dalam latihan jasmani juga sangat diperlukan, tahapan dalam latihan jasmani perlu dilakukan agar otot tidak memperoleh beban secara mendadak. Tahapan latihan jasmani mulai dari pemanasan (warming up), latihan inti (conditioning), pendinginan (cooling down), serta peregangan (stretching).

Pada saat melakukan latihan jasmani kerja insulin menjadi lebih baik dan yang kurang optimal menjadi lebih baik lagi. Akan tetapi efek yang dihasilkan dari latihan jasmani setelah 2 x 24 jam hilang, oleh karena itu untuk memperoleh efek tersebut latihan jasmani perlu dilakukan minimal seminggu sekali. Penderita diabetes diperbolehkan melakukan latihan jasmani jika glukosa darah kurang dari 250 mg%. Jika kadar glukosa diatas 250 mg, pada waktu latihan jasmani akan terjadi pemecahan (pembakaran) lemak akibat pemakaian glukosa oleh otot terganggu, hal ini membahayakan tubuh dan dapat menyebabkan terjadinya koma-ketoasidosis. Hasil tinjauan secara sistematik dan meta-analisis penelitian klinis mengenai efek intervensi latihan fisik yang terstruktur selama ≥ 8 minggu pada kadar glukosa darah rata-rata dalam 2 bulan dan masa tubuh pada penderita DM tipe-2, menunjukkan terjadinya penurunan glukosa darah yang signifikan setelah intervensi latihan fisik dibanding kelompok control.

  1. Penggunaan kontrasepsi sampai optimalisasi kadar gula dalam darah

Penggunaan kontrasepsi yang dianjutkan pada perempuan dengan diabetes mellitus adalah kontrasepsi yang tidak menyebabkan kembalinya kesuburan dalam waktu lama. Kontrasepsi yang dianjurkan adalah kontrasepsi alamiah seperti metode lender serviks dan suhu basal. (Yulivantina, 2022)

  1. Konsumsi vitamin pada masa prakonsepsi

Pemberian suplementasi gizi pada masa prakonsepsi merupakan upaya untuk menghindari defisiensi pada calon ibu yang dapat menyebabkan komplikasi pada kehamilan. Suplementasi gizi yang direkomendasikan untuk mempersiapan kehamilan sehat adalah berupa asam folat bagi pasangan prakonsepsi yang tidak menunda kehamilan dan pasangan prakonsepsi yang mengalami anemia. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Opon, et al (2017) bahwa ibu hamil biasanya tidak menyadari bahwa dirinya hamil pada awal kehamilan, sehingga suplementasi asam folat lebih baik diberikan dari sebelum hamil. Suplai asam folat yang tepat dari masa prakonsepsi, kehamilan, dan laktasi sangat menentukan perkembangan dan pertumbuhan janin yang tepat. Asam folat adalah zat yang paling penting dalam unsur-unsur sel-sel pembagi karena memainkan peran penting dalam sintesis DNA. Pada awal kehamilan, permintaan asam folat yang tidak disintesis dalam tubuh manusia meningkat. Asam folat yang dapat dipenuhi melalu pasokan makanan yang kaya asam folat hanya sekitar 150-250 µg (Opon, et al.2017).

Hal ini sejalan pula dengan penelitian dari Wen, et al (2016) bahwa kekurangan asam folat meningkatkan risiko terjadinya kecacatan saraf tabung (neuro tube defect), bibir sumbing dan down syndrome. Gangguan metabolisme folat dapat menyebabkan hyperhomocysteinaemia dan komplikasi yang lebih sering terjadi pada kehamilan, seperti keguguran berulang, pertumbuhan janin terhambat, dan pre eklampsia (Wen, et al.2016).

 

 

Daftar Pustaka

Bomba-Opoń, D., Hirnle, L., Kalinka, J., & Seremak-Mrozikiewicz, A. (2017). Folate supplementation during the preconception period, pregnancy and puerperium. Polish Society of Gynecologists and Obstetricians Guidelines. Ginekologia Polska, 88(11), 633–636. https://doi.org/10.5603/GP.a2017.0113

Dainty, J. R., Berry, R., Lynch, S. R., Harvey, L. J., & Fairweather-Tait, S. J. (2014). Estimation of dietary iron bioavailability from food iron intake and iron status. PLoS ONE, 9(10), 1–7. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0111824

Dean, S. V., Lassi, Z. S., Imam, A. M., & Bhutta, Z. A. (2014). Preconception care: Nutritional risks and interventions. Reproductive Health, 11(Suppl 3), 1–15. https://doi.org/10.1186/1742-4755-11-S3- S3

Douek, Isy dan Chloe Broughton.2019. An overview of the management of diabetes from preconception, during pregnancy and in the postnatal period

Kepmenkes. (2020). KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/320/2020 TENTANG STANDAR PROFESI BIDAN.

Lassi, Z. S., Dean, S. V., Mallick, D., & Bhutta, Z. A. (2014). Preconception care: Delivery strategies and packages for care. Reproductive Health, 11(3), 1–17. https://doi.org/10.1186/1742-4755-11-S3- S7

Lassi, Z. S., Imam, A. M., Dean, S. V., & Bhutta, Z. A. (2014). Preconception care: Screening and management of chronic disease and promoting psychological health. Reproductive Health, 11(Suppl 3), 1–20. https://doi.org/10.1186/1742-4755-11-S3-S5

Manakandan, S. K., & Sutan, R. (2017). Expanding the Role of Pre-Marital HIV Screening: Way Forward for Zero New Infection. Open Journal of Obstetrics and Gynecology, 07(01), 71–79. https://doi.org/10.4236/ojog.2017.71008 Prendergast, A. J., & Humphrey, J. H. (2014). The stunting syndrome in developing countries. Paediatrics and International Child Health, 34(4), 250–265. https://doi.org/10.1179/2046905514Y.0000000158

Yulivantina, E.V., Mufdlilahm Gunarmi (2021). Interprofessional Collaboration in Premarital Tegalrejo Community Health Public , Yogyakarta Services At Interprofessional Collaboration Dalam Pelayanan Pranikah Di. 8(1), 42–54.

 Wahabi, H. A., Alzeidan, R. A., Bawazeer, G. A., Alansari, L. A., & Esmaeil, S. A. (2010). Preconception care for diabetic women for improving maternal and fetal outcomes: A systematic review and metaanalysis. BMC Pregnancy and Childbirth, 10(1), 63. https://doi.org/10.1186/1471-2393-10-63 Wahabi et al. (2012). Pre-pregnancy care for women with pre-gestational diabetes mellitus: a systematic review and meta-analysis. BMC Public Health 2012, 12:792 http://www.biomedcentral.com/1471- 2458/12/792 WHO. (2013). Preconception care: Maximizing the gains for maternal and child health. https://doi.org/10.1016/S1002-0721(09)60023-5

Yulivantina, E. V., Gunarmi, & Maimunah, S. (2022). Urgensi Preconception Care Sebagai Persiapan Kesehatan Sebelum Hamil : Sistematik Review. Prosiding Seminar Informasi Kesehatan Nasional (SIKesNas), 31–39.

Yulivantina, E. V., & Maimunah, S. (2014). Studi Kualitatif : Persepsi Calon Pengantin Perempuan terhadap Skrining Prakonsepsi di Kota Yogyakarta A Qualitative Study : Bride-To-Be Perception to Preconception Screening in Yogyakarta City. 2(2), 75–80.

Yulivantina, E. V., Mufdlilah, & Kurniawati, H. F. (2021). Pelaksanaan Skrining Prakonsepsi pada Calon Pengantin Perempuan. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 8(1), 47. https://doi.org/10.22146/jkr.55481

Yulivantina, E. V., Pabidang, S., & Gunarmi. (2022). Strategi Lintas Sektoral Untuk Penguatan Kesehatan Pada Calon Pengantin. WOMB Midwifery Journal (WOMB Mid.J), 1(1), 1

Tentang Kami

Kegiatan

Health and lab services by doctors and professional experts aimed at improving the health of the all human race.

PELAYANAN

Senin
08:00 - 14:00
Selasa
08:00 - 14:00
Rabu
08:00 - 14:00
Kamis
08:00 - 14:00
Jum'at
08:00 - 14:00
Sabtu
10:00 - 14:00
Minggu
10:00 - 14:00

© 2023, Iyawaeid. Rumpi Sehat Kepuharjo.

Scroll to Top